ORGANISASI
Teori Birokrasi Max Weber
Asumsi
|
1.
Organisasi adalah sebuah sistem yang bertujuan,
aktivitas interpersonal didesain untuk
mengkoordinasi tujuan individu. Hal ini tidak dapat dilakukan tanpa otoritas,
spesialisasi dan regulasi
2.
Prinsip pertama, Otoritas, dapat hadir dengan
kekuasaan, akan tetapi dalam organisasi, otoritas harus ‘dilegitimasi’ atau
diotoritasi secara formal oleh organisasi. Efektivitas organisasi bergantung atas derajat dimana manajemen mendapat
daya legitimasi.
3.
Organisasi dibangun sebagai
sebuah sistem rasional oleh kekuatan aturan, membuatnya mempunyai otoritas
rasional-legal (rational-legal authority). Cara terbaik untuk menyusun
otoritas rasional-legal adalah dengan hierarki. Hierarki ini didefinisikan
oleh regulasi dalam organisasi. Prinsip yang berhubungan dengan otoritas adalah bahwa pekerja tidak
boleh mempunyai kepemilikan dalam sebuah organisasi, karena ini akan membuat
legitimasi tidak berjalan.
4. Prinsip kedua, spesialisasi, ialah pembagian
individu-individu berdasar divisi dimana setiap orang mengetahui tugasnya
dalam organisasi. Disinilah perbedaan antara organisasi biasa dengan sebuah
birokrasi. Dalam birokrasi terdapat jobdesk kerja yang jelas.
5.
Aspek yang ketiga dari birokrasi adalah
aturan/regulasi. Apa yang membuat koordinasi organisasional menjadi mungkin
adalah seperangkat aturan umum yang membangun perilaku keseluruhan. Aturan ini harus rasional, dimana mereka didesain untuk
pencapaian tujuan organisasi.
|
Tradisi
|
Sosio-Psikologi
|
Tokoh
|
Max
Weber
|
Referensi
|
Empat Sistem Rensis Likert
Asumsi
|
|
Tradisi
|
Sosio-Psikologi
|
Tokoh
|
Rensis
Likert
|
Referensi
|
|
Proses Organizing
Asumsi
|
|
Tradisi
|
Cybernetic
|
Tokoh
|
Karl
Weick
|
Referensi
|
|
Percakapan dan Teks dalam Proses Pengorganisasian
Asumsi
|
|
Tradisi
|
Sosiokultural
|
Tokoh
|
James
Taylor
|
Referensi
|
|
Teori Strukturasi
Asumsi
|
a.
conception; dimana orang membuat keputusan dan pilihan yang
membatasi apa yang dapat terjadi dalam organisasi. Misalnya keputusan
universitas mengenai pembuatan satu program studi berakibat pada garis
komunikasi organisasi.
b. Implementation: dimana
terdapat kodifikasi formal dan pengumuman mengenai keputusan dan pilihan.
c. Reception :
strukturasi terjadi sebagai tidak organisasional anggota dengan keputusan
organisasional.
|
Tradisi
|
Sosiokultural
|
Tokoh
|
Anthony
Giddens, Marshall Scott Poole, Robert McPhee
|
Referensi
|
|
Organizational Control Theory
Asumsi
|
a. Dengan
mengembangkan cara-cara yang rendah hati (unobstrusive method). Disiplin
bukanlah tampil sebagai aturan yang muncul karena didesakkan, akan tetapi
bagian dalam kegiatan sehari-hari dalam organisasi. Misalnya, praktik jam
kerja
b. Diproduksi
secara kolaboratif, dimana anggota organisasi bekerja bersama dan membuat
seperangkat praktik yang ‘normal’ sehingga membangun seperangkat standar atau
disiplin. Misalnya; rapat kerja yang mempunyai pola umum/pola ‘normal’,
dimana ia dimulai dan berakhir pada jam tertentu. Rapat akan disebut sebagai
‘tidak normal’ bila ia melebihi jam yang ditentukan.
c. Menjadi
bagian dari hubungan sosial, dimana disiplin menjadi ucapan dan tindakan
anggota organisasi. Ucapan dan tindakan dibentuk dan memproduksi praktik yang
dinormalisasi. Misalnya; pada jam kerja kita harus melakukan tindakan
‘kerja’.
d. Dengan
menjadi ‘nilai’ yang memotivasi anggota, misalnya ia menjelma dalam bentuk
uang, waktu, pencapaian hasil, kerja-sama tim dan lain-lain.
|
Tradisi
|
Sosiokultural
|
Tokoh
|
Philip
Tompkins, George Cheney
|
Referensi
|
|
Organisasional Culture
Asumsi
|
a.
ecological context : konteks dunia fisik termasuk di dalamnya lokasi,
waktu dan sejarah, serta konteks sosial dimana organisasi dapat beroperasi.
b. Differential
interaction : network budaya
c. Collective
understanding : cara umum untuk menginterpretasi sesuatu. Ia
merupakan ‘content’ dari budaya (ide, idealitas, nilai dan praktik)
d. Individual
domain : praktik dan tindakan individual.
a. Interaksional, lebih mirip dialog ketimbang percakapan
(soliloque). Dalam pengertian orang berpartisipasi bersama
dalam sebuah komunikasi organisasi.
b.
Kontekstual, selalu
harus dilihat dalam frame aktivitas.
c.
Episode-episode.
Selalu ada pembukaan dan penutup, dimana performer dapat mengidentifikasi
setiap episode dan membedakan penampilannya di tiap episode.
d.
Diimprovisasi, dimana
komunikasi yang ditampilkan mempunyai fleksibilitas. Kalaupun ada
pengulangan, biasanya pengulangan ini tidak dilakukan dengan cara yang sama
a. ritual : sesuatu yang diulang
secara teratur misalnya rapat pengurus. Ritual ini terbagi menjadi;
1)personal ritual,
misalnya pekerjaan memeriksa surat perusahaan oleh pimpinan. Pada waktu
‘luang’, ia menyampaikan surat tersebut
secara personal kepada divisi yang menjadi tujuan surat. Ini
menandakan bahwa ia selalu “keeping in touch” dengan apa yang sedang divisi
lakukan.
2)task ritual,
aktivitas yang diulang dimana anggota melakukan pekerjaannya.
3)social ritual,
tindakan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan akan tetapi penting untuk
penampilan dalam organisasi, misalnya minum bersama di pub setelah jam
kantor.
4)organizational ritual,
dimana seluruh anggota berpartisipasi dalam beberapa tindakan reguler. Misalnya
piknik tahunan.
b. Passion : dimana
pekerja menampilkan pekerjaannya dengan ketertarikan dan kemauan. Ini dapat
dilakukan dengan ;
1)Storytelling dimana
orang memberitahukan pekerjaannya secara hidup dan dramatis
2)Passionate repartee dimana
terdapat interaksi dramatis dan menggunakan bahasa yang hidup, misalnya
penggunaan bahasa negatif, yang menunjukkan ‘negatif’ tersebut telah menjadi
bagian dari kehidupan pekerjaannya.
c. Sosiality yang
meneguhkan common sense dari kesopanan dan menyusun penggunaan aturan
sosial dalam organisasi. Hal ini dapat ditampilkan dengan cara:
1)sociabilities, penampilan yang
menyusun sekelompok sense identifikasi misalnya bercanda.
2)privacies, yang mengkomunikasikan
sensivitas dan personalitas, mislanya tindakan mengkritik.
d. Organizational
politics ; yang menyusun dan meneguhkan makna kekuasaan (power) dan pengaruh
misalnya menunjukkan kekuatan personal atau kekuatan untuk ‘bargaining’
e. Enculturation
: proses ‘pengajaran’ budaya kepada anggota organisasi. Beberapa
proses ini dilakukan seiring jalannya organisasi, akan tetapi ada beberapa
penampilan yang vital bagi proses ini, misalnya; orientasi anggota baru.
|
Tradisi
|
Sosiokultural
|
Tokoh
|
John
Van Maanen, Stephen Barley, Michel Pacanowsky, Nick O’Donnel Trujillo
|
Referensi
|
|
Hermeneutic Suspicion Dennis Mumby
Asumsi
|
|
Tradisi
|
Kritis
|
Tokoh
|
Dennis
Mumby
|
Referensi
|
|
Managerialism dan Demokrasi Organisasi Stanley
Deetz
Asumsi
|
|
Tradisi
|
Sosiokultural
|
Tokoh
|
Stanley
Deetz
|
Referensi
|
Stephen
W. Littlejohn, Karen A. Foss, “Theories of Human Communication Eight Edition”
hal.262-263. 2005.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar